Wednesday, December 9, 2015

Malaikat Tersesat

Di tengah kerumunan manusia tidak sempurna
Di antara bisik busuk
dan canda tawa
Di tengah mata-mata kosong
dan langkah kaki berat
Ada dia
Malaikat yang tersesat

Friday, October 9, 2015

Sayang, Kau Harus Tumbang

Dahulu hanya butuh tanah sepetak
kini memeluk langit dan menjalari bumi
Rindangmu menaungi
Kokohmu membentengi

Mampu menampung burung 
dan membuat daun menari
Semakin hari semakin gagah dan mandiri

Kau bahkan tak membutuhkanku lagi

Akankah kau marah
jika tahu bahwa kau ditanam
untuk ditebang?
Harimu telah ditetapkan
Takdir yang menunggu tak terelakkan

Kau kuhujani doa agar sehat
Namun nyawamu berakhir ketika kapak kuayun dengan kuat
Walau senang melihatmu tumbuh
kau harus kubunuh

Siapakah aku di matamu?
Seorang teman?
Atau sebuah musuh?

Friday, September 4, 2015

Kecupan Surga

Tak ada yang lebih indah
dari dua pasang mata yang mengatup rapat
Dan sensasi liar yang didapat
dari dua buah bibir 
yang melebur penuh nikmat
Dua jantung berdetak seirama
menghirup dan menghembuskan doa yang sama
Saling menyatakan cinta tanpa harus bicara
Kutemukan nirwana
dalam ciuman pertama

Wednesday, July 8, 2015

Cangkang yang Hampa

aku melihat tepat ke arahnya
wanita yang bercahaya
wanita yang sempurna

tawanya terdengar seperti rintihan duka
di pipinya terlihat goresan air mata
ia bingung harus mengenakan topeng yang mana
wanita itu letih berpura-pura
wanita itu lelah bersandiwara

aku melihat tepat ke arahnya
wanita yang merana
wanita dengan seribu muka

sebuah cangkang yang hampa

Tuesday, June 2, 2015

Renungan Malam #1

Ambil badanku
aku tak keberatan,
tubuh ini hanya cangkang.

Namun, jiwaku
jangan kau simpan.
Ia tak dapat kau genggam.

Bagai layangan yang ingin lepas,
tidak terikat oleh tali seutas.

Thursday, May 7, 2015

Anti Depresi

Berlari
Ia terus mengejar bayangannya sendiri
hingga letih merasuki dan ayunan kakinya berhenti
Perlahan merasakan kehampaan menyelimuti

Menangis
Yang terdengar hanya rintihan sang gadis
Ia ingin kesedihannya terkuras habis
Tak dapat diacuhkan lagi bisikan para iblis

Tenggelam
Terseret ke dasar jurang, disambut oleh kelam
Dahulu cerah, kini terlahap oleh kegelapan mencekam
Semua hanya ilusi, semua menjadi buram

Terjaga
Matanya mementang dan menemui realita
lalu sadar kenyataan tak begitu berbeda
Namun, kini ia tak sendirian berusaha
Bayangannya hadir untuk mengusir lara
dan melenyapkan duka

Tuesday, March 24, 2015

Layu

aku menginginkanmu
bagai sang pohon
yang mendambakan 
datangnya angin
untuk mengajaknya 
berdansa lepas
untuk memeluknya
dengan kesejukkan
yang memberi napas
pohon yang dulu
gemar menari
kini layu
karena
rindu

Tuesday, February 17, 2015

Duka atau Suka?

Sore itu langit kelabu murung melengkapi
Manusia-manusia berbisik dengan muka tertekuk dan wajah tertunduk
Air mata turun perlahan mengaliri pipi
Sesenggukan memohon kepada wanita itu untuk tetap di sini, jangan pergi
Wanita yang terbaring dengan damai tepat di depanku
Kedua kelopak matanya mengatup rapat dan tak akan pernah terbuka
Mereka semua menangisi kepergiannya
Untuk mengucap selamat tinggal, mereka tak rela
Namun, wanita itu tetap terlelap
Penderitaannya telah sirna
Kesengsaraannya kini musnah
Lalu mengapa mereka berduka?

Friday, January 30, 2015

Sandiwara Saat Malam Tiba

Setiap malam tiba, wanita itu menyambutnya.
Pertama, ia akan memakai maskara. Maskara hitam pekat segelap lorong-lorong masa lalunya.
Untuk menyembunyikan kedua matanya yang lebam. Untuk menyamarkan tatapan sengsara.
Kedua, perona pipi berwarna merah muda. Agar jalur air mata di buah pipinya tak terlihat.
Ketiga, gincu berwarna merah darah. Perlahan, ia lukiskan senyum di wajahnya.
Senyum penuh dusta. Senyum yang tak seharusnya ada di dalam dunia penuh lara dan nestapa.
Setiap malam tiba, wanita itu bersandiwara.
Menjadi bahagia, walau seketika, walau berpura-pura.

Wednesday, January 7, 2015

Waktu Dapat Membantu

Waktu datang bagai banjir bandang
menyerbu tanpa aba-aba
Meluap dan merayap memenuhi kota
Menyapu bersih sisa-sisa kenangan
dan merendam lara
-
Waktu berjatuhan bagai air hujan
yang membasahi tanah tandus
Berkat yang turun dari surga
Memberi kehidupan
menyembuhkan luka lama
-
Waktu menyengat bagai terik matahari 
saat kemarau di bulan Juni
Panas yang tak pilih kasih
Membakar jejak memori
-
Waktu dapat membantu
Waktu memegang kuasa
Waktu tolong aku
lupakan dia