Dahulu hanya butuh tanah sepetak
kini memeluk langit dan menjalari bumi
Rindangmu menaungi
Kokohmu membentengi
Mampu menampung burung
dan membuat daun menari
Semakin hari semakin gagah dan mandiri
Kau bahkan tak membutuhkanku lagi
Akankah kau marah
jika tahu bahwa kau ditanam
untuk ditebang?
Harimu telah ditetapkan
Takdir yang menunggu tak terelakkan
Kau kuhujani doa agar sehat
Namun nyawamu berakhir ketika kapak kuayun dengan kuat
Walau senang melihatmu tumbuh
kau harus kubunuh
Siapakah aku di matamu?
Seorang teman?
Atau sebuah musuh?
No comments:
Post a Comment